Menantang sang Kawah Ratu: Perjalanan Menikmati Keindahan Kawah Ratu, Taman Nasional Halimun Salak

            Ranting berduri, kejamnya angin malam, dan hujan yang selalu menghampiri sudah kita lewati. Perjalanan hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa adanya sebuah memori yang diingat dalam hati. Memori yang dijaga untuk dituturkan suatu saat nanti.

            Pagi itu pagi yang cerah, mentari bersinar dengan megahnya kami pun memulai perjalanan ke Kawah Ratu untuk mengisi waktu libur UTS. Matras, tenda, ponco, dan tas tansel yang penuh telah kami persiapkan dengan seksama. Kami berangkat pukul 07.15 WIB dari masjid Al-Hurriyah Kampus IPB dengan menggunakan angkot yang telah dicarter sebelumnya. Jujur ini adalah pendakian pertama saya, sebelumnya saya belum pernah mendaki atau menjelajahi hutan sebelumnya. Tapi tak apa masih ada teman-teman yang siap membantu saya jika terdapat masalah. Kami sampai di depan pintu gerbang sekitar pukul 9.00. Diperlukan biaya 10.000 rupiah untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sepanjang penjalanan dari pintu gerbang ke pintu gerbang pendakian kami melihat banyak pohon pinus yang menjlang tinggi. Sampai di dekat gerbang pendakian, kami sempatkan untuk bersiap-siap dan sarapan terlebih dahulu. Lalu kami pun menuju pos penjagaan untuk bertanya-tanya dan melihat peta. Oh iya disini juga dikenakan biaya untuk mendaki sebesar 10.000 rupiah untuk setiap harinya, berhubung kami mendaki hanya dua hari kami pun membayar 20.000 rupiah untuk tiap orangnya.

perjalanan menuju Taman Nasional Halimun Salak
perjalanan menuju Taman Nasional Halimun Salak
Sarapan di Saung
Sarapan di Saung
Foto didepan gerbang, saat akan masuk
Foto didepan gerbang, saat akan masuk

Oke semua telah siap, perjalanan kita mulai LET’S GO!!! Tujuan pertama adalah kawah mati yang terletak paling dekat. Tetapi meskipun paling dekat, waktu yang kita butuhkan tidaklah singkat. Medan yang kita lalui pun tidak seberapa berat karena kemarin tidak turun hujan. Jangan khawatir kehabisan air saat perjalanan, disepanjang perjalanan menuju kawah mati terdapat banyak sumber air, jadi sediakan saja botol sedang untuk diisi di perjalanan.

Peta Pendakian
Peta Pendakian

#KAWAH RATU

Sampai di kawah mati, seperti namanya kawah ini sudah tidak aktif lagi (kalau kata si Dzaky sih karena belum beli pulsa untuk paketan hehehe). Di sini kita bisa melihat bekas kawah, disekitarnya berwana putih terdapat pohon-pohon mati dan bau belerang yang tidak seberapa menyengat (meskipun baunya tidak seberapa tetap gunakan masker untuk antisipasi ya). Perjalanan pun kami lanjutkan ke kawah dua dan kawah tiga yang letaknya tidak seberapa jauh dari kawah satu. Berbeda dengan kawah mati di kawah dua dan kawah tiga bau belerangnya sangat menyengat, tetapi jangan ditanya pemandangannya wiiihhhhh indah sekali bung. Terutama di kawah tiga, kepulan asap putih, pepohonan yang mati dan mencoklat serta batu-batuan putih yang tak jarang mengeluarkan sumber belerang. Kami benar-benar takjub melihatnya.

56 1 6 7 1 7 8

#PERJALANAN MENUJU BAJURI

Setelah puas berfoto-foto kami pun melanjutakan ke Bajuri, lokasi yang akan kami gunakan untuk berkemah. Diperjalanan menuju Bajuri si Didin menemukan tanaman yang mirip dengan lompong dan batangnya bisa dimakan, kami pun mencobanya dan teryata rasanya benar-benar asam seberti belimbing wuluh. Saya pun tidak kuat merasakan keasaman dari batang tumbuhan ini. Tetapi entah mengapa sepertinya si Iqbal doyan dengan tumbuhan ini (entah itu doyan atau kelaparan hehehe). Di tengah perjalanan menuju Bajuri kami berjumpa dengan pendaki lain dan si Didin pun langung berbicara dengan mereka dalam bahasa sunda (saya hanya bisa diam dengan mulut menganga tanpa mengerti apa yang mereka bicarakan, maklum saya kan orang jawa hehehe). Perjalanan kami pun berlanjut ditemani dengan pendaki lain sampai menuju Bajuri. Kami pun hampir sampai di Bajuri. Di dekat situ terdapat aliarn air terakhir sebelum menuju puncak, kata si abangnya sih di perjalanan ke puncak nanti tidak ada sumber air lagi. Kami pun mengisi air dan menuju ke bajuri yang berjarak hanya beberapa meter dari sumber air tadi. Sampai di Bajuri kami berpisah dengan pendaki lain kemudian kami beristirahat dan mendirikan tenda.

#CAMPING DI BAJURI

Tongkat dan tenda kami susun satu demi satu dan akhirnya menjadi sebuah “rumah” yang bisa kita tempati di hutan. Tenda telah siap kami pun segera merapikan barang bawaan dan memasak. Ada yang mendapat bagian memasak dan sisanya mencari kayu bakar untuk api unggun. Saat itu kami memasak nasi dan mie instan (maklum insan asrama makanannya mie instan wkwkwk). Jeng jeng makanan telah siap. Meskipun nasinya sedikit keras karena kurang masak tapi tak apa, rasanya tetap enak (Lapar mode ON). Selesai makan kami pun mencuci peralatan makan di sungai (atau bisa disebut mata air) dekat Bajuri. Mencuci sudah, kami pun beristirahat untuk mencharge tenaga. Tak terasa saking lelapnya kami tertidur (kecuali si Didin, karena dia kurang bisa tidur di siang hari) waktu sudah menunjukkan sore hari dan tiba-tiba terdengar suara rintik-rintik hujan. Suara rintik-rintik yang semakin membesar menjadi hujan yang sangat deras. Kami pun bangun dan segera menutupi tenda, sepatu, kayu bakar dengan ponco. Sepertinya hujan semakin tidak berpihak pada kami. Hujan semakin dan semakin deras saja dan alhasil tenda kami kebocoran. Titik kebocoran terletak pada resleting pintu tenda dan airnya merembes ke bawah matras. Kami pun memutar otak agar kebocoran bisa diatasi. Dan akhirnya kami menggunakan botol dan gelas untuk menutupi titik kebocoran. Masalah selesai dan kami akhirnya tidur kembali.

Suasana dalam tenda
Suasana dalam tenda
Makan siang
Makan siang

#CAMPING MALAM HARI

Hujan mulai reda dan alam mulai gelap, kami pun mulai membersihkan air yang masuk ke tenda. Karena tidak ada kain lap untuk memindahkan air saya pun mengorbankan baju saya sebagai kain lap. Kami juga membagi tugas jadi ada yang memasak dan ada yang membersihakn tenda. Saat itu kami memasak nasi, mie instan, dan ikan sarden (hmmm yummy… ikan sarden), tak lupa kami membuat energen dan kopi, supaya lebih berenergi hehehe. Selesai makan, kami bermain pijat-pijatan agar rasa capek dalam badan mulai menghilang. Si Dimas dengan si Fithra, si Didin bergabung dengan si Atir dan si Iqbal, dan saya dengan si Dzaky plus dengan kerokan wkwkw (karena si Dzaky masuk angin tuh wkwkw). Rasa capek hilang, keakraban pun datang, kami bermain pijat-pijatan diselingi dengan cerita-cerita ringan (bukan cerita horror tentunya hehe karena saya bukan tipe orang pemberani). Di saat kami sedang asyik pijat-pijatan tiba-tiba terdengar lagi suara yang sama (suara rintik rintik hujan tentunya hahaha bukan suara aneh-aneh loh). Mungkin karena efek pijat-pijatan yang melegakan badan kami pun mulai mengantuk dan akhirnya tidur. Kami tidur cukup pulas dan ditenga-tengah malam kami terbangun karena hawa dingin yang semakin menusuk. Setelah kami selidiki ternyata tenda kami kebocoran lagi dan air merembes ke sleeping bag. Hawa dingin yang menusuk plus basahnya sleeping bag, lengkap sudah penderitaan kami wkwkwk.

#PAGI HARI DI BAJURI

Mentari mulai menyinari tenda kami, tak terasa waktu sudah mulai beranjak pagi dan kami pun belum salat subuh. Si Dimas dan si Atir bangun terlebih dahulu untuk mencuci peralatan memasak dan mengambil air wudhu. Lalu disusul oleh si Fithra, si Iqbal, si Didin, dan saya, sementara si Dzaky sedang tertidur (mungkin efek masuk angin hehehe). Kami pun mulai memasak, seperti biasa menu yang kami masak pun sama seperti kemarin yaitu nasi, mie instan, dan ikan sarden (efek diskon ikan sarden kemasan kaleng, lumayan bisa hemat sampai 5.000 rupiah, maklum jiwa belanja hahaha). Makanan telah siap kami pun membangunkan si Dzaky. Saat kami selesai makan kami mendengan suara orang dari arah jalan puncak salak satu. Ternyata suara pendaki lain. Kami pun bertanya apakah mereka sudah mencapai puncak apa belum, ternyata mereka belum mencapai puncak. Mereka berhenti di tengah-tengah perjalanan dan kembali, memang sih dari Bajuri ke puncak membutuhkan waktu 8 jam. Karena waktu yang tidak mencukupi dan medan yang sulit kami pun mengurungkan niat untuk pergi ke puncak, mungkin next trip saat liburan semester dua.

11 otw puncak salak

#PERJALANAN BALIK

Kami pun mulai berkemas dan bersiap untuk menuju curug. Sepanjang perjalanan, trek yang kami lalui sangatlah licin, efek hujan. Kami pun harus ekstra hati-hati untuk melewatinya, jalan yang semula kering sekarang menjadi basah dan penuh air. Saya pun sering terpeleset karena saya tidak menggunakan sepatu atau sandal gunung. Kami pun menuju kawah tiga. Seperti biasa belum afdol kalau menuju ke kawah ratu kalau belum foto-foto. Alhasil kami membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk berfoto-foto. Widiiihhh pemandangan yang sungguh indah, tanahnya dibaluti warna putih seperti salju. Karena mulai mendung kami pun segera beranjak dari kawah tiga menuju ke kawah dua, pemandangan di sini juga tak kalah indah dengan kawah tiga. Perjalanan selanjutnya ke kawah mati. Disini kami melihat ada sesuatu yang berbeda dengan saat awal kita melewatinya. Terdapat tumbuhan perintis di beberapa batuan. Ya, benar tumbuhan ini adalah lumut. Lagi-lagi jalan yang kami lalui cukup licin, seperti biasa mungkin karena kurang berhati-hati saya pun terpeleset lagi (efek lapar dan sandal yang non-standart).

Tempat Helli
Tempat Helli
Foto Bersama Di Kawah Tiga
Foto Bersama Di Kawah Tiga

Semua kawah telah kami lewati. Kami pun menuju Curug Cigamea untuk mandi (maklum di Bajuri airnya dingin sekali, jadi kami tidak mandi di sana). Perjalanan dari kawah ke curug membutuhkan waktu yang lumayan lama. Di tengah perjalanan kami pun beristirahat untuk memulihkan energi. Oh kakiku, mungkin jika kaki kami bisa berbicara mereka sudah berteriak kecapean. Setelah kaki sudah enakan kami melanjutkan perjalanan. Kami pun berjumpa dengan pendaki lain yang menuruni gunung. Kata mereka sih tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke curug.

#MANDI DI CURUG

Memang benar, hanya beberapa menit kami berjalan sudah sampai di Curug. Kami pun bergegas melepas baju dan berenang menikmati segarnya air curug. Berrrrrrrrrrr….. dingin sekali bung. Apalagi saat di bawah air terjun langsung, rasanya seperti dipijat refleksi, tetapi lama kelamaan jadi seperti ditusuk-tusuk oleh jarum hehehe. Di sana kami pun bermain pijat-pijatan untuk mengilangkan rasa capek, terutama capek di pundak yang membawa beban rasel yang sangat berat. Puas bersantai kami pun segera ganti baju dan salat dhuhur (sebenarnya hari itu hari jumat, karena kuota jamaah salat tidak mencukupi jadi kami salat dhuhur). Oke semuanya telah beres kami pun beranjak dari curug menuju gerbang keluar.

Curug Cigamea
Curug Cigamea
mandi di curug
mandi di curug

#PERJALANAN PULANG

         Yaaaahhhhh… benar-benar perjalanan yang menyenangkan plus melelahkan. Eiitss… perjalanan belum selesai. Kami pun pergi menuju gerbang depan dengan berjalan kaki, kami melewati hutan pinus yang sejuk, tetapi kesejukan itu tak dapat mengobati rasa lelah di kaki kami wkwkwkwk. Belum sempat kaki kami beristirahat kami pun harus berjalan jauh mencari angkot. Kami berjalan jauh sangat jauh, sampai sampai kaki kami sudah tidak berasa (alay mode ON). Di tengah perjalanan tiba-tiba kaki si Iqbal berdarah, akhirnya kami berhenti dan si Dzaky yang mengobatinya.

Perjalanan pulang lewat hutan pinus
Perjalanan pulang lewat hutan pinus
jalan kaki menuju gerbang depan
jalan kaki menuju gerbang depan

Kami pun kembali berjalan dengan sisa-sisa harapan dapat menemukan angkot. Dari kejauhan saya melihat ada sesuatu yang berwarna biru, sepertinya saya agak familiar dengan warnanya. Ternyata itu adalah angkot. Saya pun berlari dengan semua energi sisa yang saya miliki untuk mengejar angkot. Ternyata tidak sia-sia saya berlari, angkot pun berhenti untuk menunggu kami. Waaahhh akhirnya sekarang kau bisa istirahat kakiku wkwkwk. Kami pun berbincang-bincang dengan bapak-bapak angkotnya, katanya dulu pernah ada korban di Kawah Ratu, yaitu terdapat tiga orang yang meninggal karena terjebak kabut asap. Kami bersyukur tidak sampai terjebak kabut tersebut. Alhamdulillah. Memang sih perlu berhati-hati dan tetap waspada jika berada dalam Kawah Ratu, terutama kawah tiga. Kalau kita tidak waspada kita bisa terjebak dalam kabut asap. Tak terasa kami berbincang-bincang ternya sudah sampai di gerbang masuk kampus IPB Dramaga. Kami pun turun di dekat ATM Center untuk memisahkan barang-barang. Setelah itu saya dan si Didin pergi salat ashar dan pergi ke balebak untuk mengembalikan barang sewaan kami. Semua telah beres, saya dan si Didin pun kembali ke asrama untuk beristirahat.

Foto Bersama di Gerbang Depan
Foto Bersama di Gerbang Depan

Benar-benar perjalanan yang menyangkan dan terlupakan. Sampai jumpa di perjalana berikutnya. are you ready for the next trip gengs? Wkwkw.

Saya (Anas)
Saya (Anas)
si Didin
si Didin
si Dzaky
si Dzaky
si Iqbal / komti gue
si Iqbal / komti gue
si Dimas/ Didims
si Dimas/ Didims
si Fithra / pak Lurah
si Fithra / pak Lurah
si Atir
si Atir

#TIPS PERJALANAN MENUJU KAWAH RATU:

  1. Bawalah barang-barang seperlunya, jangan membawa barang-bareang yang tidak perlu atau merepotkan.
  2. Tidak usah membawa air banyak-banyak karena terdapat banyak sumber air di sepanjang perjalanan, cukup membawa botol air saja untuk diisi di perjalanan.
  3. Jas hujan sangat penting apalagi saat musim penghujan.
  4. Gunakan sandal atau sepatu gungung standar agar kaki tidak mudah lecet.
  5. Bawa tisu basah atau tisu biasa, berjaga-jaga apabila dibutuhkan dalam keadaan darurat (kebet boker tidak ada air wkwkw).
  6. Bawa makan yang banyak, karena perjalanan benar-benar menguras energi.
  7. Jika berkemah pakailah kompor gas saja (yang kecil) daripada parafin karena parafin cepat habis.
  8. Bungkuslah korek api agar tidak terkena air dan bisa digunakan.
  9. Bawalah balsam, koyo atau semacamnya untuk berjaga-jaga jika terkilir.
  10. Bawa semangat yang membara, dan ingatlah setiap sampah yang kita buat harus kita bawa kembali karena hutan bukanlah tempat sampah.

SALAM PENDAKI, SALAM LESTARI!!!

20151105_112607

Tinggalkan komentar